Penataan Kawasan Malioboro

Malioboro sebagai kawasan pusat perbelanjaan di Kota Yogyakarta menjadi magnet wisatawan untuk berkunjung ke tempat ini. Menyikapi banyaknya wisatawan yang berkunjung, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melakukan banyak penataan supaya kawasan Malioboro menjadi kawasan yang nyaman bagi wisatawan dan pejalan kaki. Setiap penataan menampilkan konsep yang berbeda-beda.  Dalam setiap konsep penataan tentunya terdapat kekurangan dan kelebihan. Berikut ini adalah beberapa konsep penataan kawasan Malioboro dalam beberapa tahun terakhir:


1.    Kawasan Malioboro yang ditumbuhi banyak pohon dan tanaman hias 
2.  Proyek pembongkaran pot dan tanaman dihilangkan untuk diganti dengan rumput. Sayangnya, rumput tidak bisa hidup sehingga mati.
3.    Tempat rumput di kawasan Maliboro diganti dengan cor beton.
4.    Sekarang, proyek pengadaan lampu kelap-kelip. 


Beberapa waktu yang lalu, pergantian papan nama Jalan Malioboro yang dilakukan oleh Pemkot Yogyakarta banyak menuai protes dan kecaman dari masyarakat. Hal itu disebabkan papan nama jalan yang baru sangat tidak sesuai dengan kearifan lokal Yogyakarta. Papan nama yang baru memiliki warna-warna yang cerah yang seakan-akan menujukkan budaya glamor. Budaya itu sangat tidak sesuai dengan budaya Yogyakarta yang kental dengan kesederhanaannya. Setelah, mendengar aspirasi dari masyarakat, Pemkot Yogyakarta mengembalikan papan nama Jalan Malioboro ke papan nama yang sebelumnya terdapat nama Jalan Malioboro dengan menggunakan aksara jawa.
Selanjutnya, pengadaan lampu kelap-kelip. Pengandaan lampu kelap-kelap dinilai masyarakat sangat mengganggu dan tidak sesuai dengan kearifan lokal Yogyakarta. banyak warga Yogyakarta menyayangkan adanya proyek pembuatan lampu yang menelan biaya hingga 800 juta rupiah. Lampu kelap-kelip mendapat banyak kritikan dari masyarakat seperti lampu yang berbentuk aneh, warna-warni cahaya lampu memberikan kesan glamor layaknya kota-kota besar di luar negeri dan cahaya lampu dianggap menyilaukan pandangan pengendara bermotor.
Menyikapi hal itu, sebenernya konsep penataan maliboro yang berubah-ubah cenderung hanya menghambur-hamburkan uang saja. Sangat disayangkan program yang dijalankan oleh Pemkot Yogyakarta tidak membuat perencanaan tata kota yang berkelanjutan sehingga semua penataan cenderung hanya tambal sulam saja. Ketidakpastian konsep penataan maliboro ini mengakibatkan maliboro kehilangan jati dirinya. Malioboro seharusnya menjukkan kekhasan Yogyakarta yang terkenal akan kekayaan budayanya. Masyarakat harus mengkritisi setiap perubahaan di kawasan Malioboo. Pemerintah seyogyanya mendengar usulan masyarakat utnuk mempercantik Malioboro dengan tetap mempertahankan kesederhanaan, keunikan dan  budaya Yogyakarta.


Sumber foto beberapa konsep penataan malioboro: https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-prn2/q71/s720x720/1458624_576110219122714_1203365776_n.jpg

0 comments: