Pada edisi Derby Jogja kali ini (12
Februari 2010), giliran PSIM yang menjamu PSS di Stadion Mandala Krida.
Kebetulan juga supporter tim tamu diperkenankan datang ke Stadion Mandala Krida.
Mereka diberi kuota 1000 orang untuk menonton di Stadion Mandala Krida. Mereka
datang dengan menumpang truk dan dikawal ketat oleh polisi.
Aku pun bertanya dalam batinku sendiri,
“Kalaupun kami datang ke stadion
maguwoharjo saja tidak butuh kawalan polisi, mengapa mereka tidak bisa
mencontoh kami? Apakah meraka takut? haha”
Kelompok suporter tamu pada awal
pertandingan sempat dilempari minuman botol oleh suporter tuan rumah di tribun
utara. Melihat kejadian itu, polisi langsung mendesak suporter yang ada di
tribun utara ke bagian tribun timur. Mereka memukul suporter yang ada di tribun
utara, kejam banget mereka.
Peluit babak pertama pun berbunyi, PSIM
unggul 1-0 melalui gol yang disarangkan oleh Engkus Kuswaha. Kelompok suporter
tuah rumah dan supporter tim tamu tak ada hentinya menyanyikan yel-yel
penyemangat untuk tim mereka dukung. Pada babak kedua, pertandingan menjadi
semakin menarik, ketika PSS berhasil menyamakan kedudukan melalui legiun asing
barunya. Pertandingan semakin panas setelah gol itu, puncaknya ketika pemain
PSS akan melakukan lemparan ke dalam. Tiba-tiba ada salah satu oknum penonton
tuan rumah yang melakukan lemparan batu ke pemain tersebut. Sontak pemian
tersebut langsung jatuh dan mengeram kesakitan. Para penonton yang lainnya
menyesalkan kejadian tersebut dan menghujat si pelempar. Kejadian tersebut
sungguh memalukan karena dapat menciderai nama suporter PSIM dan disaksikan
oleh jutaan pasang mata pecinta bola (live ANTV).
Melihat kejadian tadi. polisi pun mulai
bergerak mengamankan jalannya pertandingan. Entah apa yang dipikirkan oleh salah
satu anggota polisi yang membawa gas air mata, tiba-tiba dia menembakkan gas
air mata ke tribun timur. Suporter (termasuk aku) yang ada di tribun timur
langsung berhamburan ke luar lapangan untuk menyelamatkan diri. Para suporter
seolah tak peduli siapapun yang harus selamat dalam kejadian ini, mereka terus
berdesak-desakan untuk mentelamatkan dirinya sendiri padahal yang di tribun
timur sebagian masih anak kecil yang tidak tahu cara menyelamatkan dirinya
sendiri dan yang sangat membutuhkan bantuan. Sebagian supporter ada yang keluar
stadion dan ada yang masuk ke lapangan.
Aku sempat berpikir untuk keluar
lapangan namun kuputuskan untuk bertahan di dalam stadion sambil melihat apa
yang terjadi di dalam stadion. Beberapa supporter yang emosi merusak banner
sponsor dan merubuhkan pagar. Melihat kejadian yang memilikukan ini, aku
langsung keluar stadion dan memutuskan untuk pulang. Sungguh aku kecewa,
mengapa mereka merusak stadion sendiri yang jelas-jelas merugikan PSIM. Kalau
aku jadi mereka mungkin aku lebih milih melempari supporter tim tamu daripada
merusak stadion sendiri.
Sebelum aku pulang, aku menuju ke dekat
mobil pemadam kebakaran. Aku meminta air untuk menetralkan gas air mata yang ada di
mataku. Setelah merasa lebih baik, aku memutuskan untuk mencoba ke sebelah
barat komplek stadion mandala krida. Ternyata, pintu masuk tribun tertutup
tidak dijaga. Mengetahui hal itu, aku pun langsung masuk ke tribun tertutup.
Ternyata sebagian temen-temen yang ada di lapangan melempari suporter tim tamu
dengan botol. Secara spontan aku juga ikut-ikutan melakukan hal tersebut, aku
ambil botol softdrink dan
melemparkannya ke arah suporter tim tamu *jangan dicontoh!*
Setalah puas melakukan aski itu, aku pun
menuju ke tempat parkir dan memutuskan untuk pulang. Ketika pulang melewati sebelah
timur mandala krida, aku sempat heran melihat temen-temenku menuju ke arah
selatan. Akhirnya, aku tau mengapa mereka menuju ke selatan. Termyata
sekelompok pasukan brimob bersenjata rotan menuju ke stadion mandala krida. Aku
pun langsung pulang melalui rute lain yang kukira lebih aman. Alhamdulillah,
aku dapat sampai di rumah dengan selamat walaupun batuk-batuk dan memar-memar.
Walaupun bisa dibilang kejadian ini cukup menyeramkan, aku tidak akan kapok
mendukung PSIM #prinsip
0 comments:
Posting Komentar