I. Pendahuluan
Dalam rangka melaksanakan program sekolah untuk menambah wawasan dan pengetahuan siswa tentang obyek wisata bersejarah, pada hari Selasa, 15 Maret 2011 siswa kelas X SMA N 2 Yogyakarta mengadakan kunjungan ke Kraton Ratu Boko dan Candi Prambanan. Mengingat kegiatan tersebut bersifat wajib, maka seluruh siswa diharuskan untuk mengikuti program kunjungan yang telah diagendakan oleh pihak sekolah.
Setelah mengunjungi tempat tersebut, siswa diwajibkan untuk membuat sebuah laporan mengenai kunjungan eksplorasi tahun 2011 tersebut. Karena pihak sekolah mewajibkan seluruh siswa untuk mengumpulkan laporan tersebut, kami selaku siswa SMA N 2 Yogyakarta menulis hal-hal yang kami amati selama perjalanan sehingga terbentuk sebuah laporan sederhana. Laporan tersebut diharapkan dapat memenuhi sebagian dari kewajiban kami sebagai siswa SMA N 2 Yogyakarta. Selain itu, pembuatan laporan tersebut juga dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah bagi siswa.
II. Pembahasan
A. KOMPLEKS KRATON BOKO
Latar Belakang sejarah
Keraton Ratu Boko hingga sekarang masih menjadi misteri yang belum dapat dijelaskan kapan dan oleh siapa nama tersebut diberikan. Kata Keraton berasal dari kata Ke-Ratu-an yang artinya istana atau tempat tinggal ratu atau berarti juga raja, sedangkan Boko berarti bangau (burung). Hal ini masih menjadi pertanyaan siapa sebenarnya Raja Bangau tersebut, apakah penguasa pada zaman itu atau nama burung dalam arti Ratoe Boko.
Reruntuhan Keraton Ratu Boko ini ditemukan pertama kali oleh Van Boeckholtz pada tahun 1790. Seabad setelah penemuan Van Boeckholtz, yaitu sekitar tahun 1890, FDK Bosch mengadakan riset arkeologis tentang peninggalan kepurbakalaan di selatan Candi Prambanan dalam laporan yang berjudul Kraton Van Ratoe Boko.
Dari Situs itu sendiri ditemukan bukti tertua yang berangka tahun 792 Masehi berupa Prasasti Abhayagiriwihara. Abhaya berarti tidak ada bahaya, Giri berarti bukit/gunung, vihara berarti asrama/tempat. Dengan demikian Abhayagiri Vihara berarti asrama/ tempat para Bihksu Agama Budha yang terletak di atas bukit yang penuh kedamaian atau vihara tempat para bihksu mencari kedamaian, tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Prasasti itu menyebutkan seorang tokoh bernama Tejahpurnpane Panamkorono. Diperkirakan, dia adalah Rakai Panangkaran yang disebut-sebut dalam Prasasti Kalasan tahun 779 Masehi, Prasati Mantyasih 907 Masehi, dan Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi. Rakai Panangkaran lah yang membangun candi Borobudur, Candi Sewu, dan Candi Kalasan. Meski demikian Situs Ratu Boko masih diselimuti misteri. Belum diketahui kapan dibangun, oleh siapa, untuk apa, dan sebagainya. Orang hanya memperkirakan itu sebuah bangunan keraton.
Bangunan Keraton Boko merupakan benteng pertahanan Balaputradewa atau Rakai Kayuwangi, putera bungsu Rakai Pikatan. Konon Rakai Kayuwangi diserang oleh Rakai Walaing Puhuyaboni, cicit laki-laki Sanjaya yang merasa lebih berhak atas tahta daripada Rakai Pikatan, karena Rakai Pikatan hanyalah suami dari Pramodharwani, puteri mahkota Samarottungga yang beragama Budha. Dalam pertempuran tersbut Rakai Walaing berhasil dipukul mundur dan terpaksa mengungsi di atas perbukitan Ratu Boko dan membuat benteng pertahanan di sana. Namun pada akhirnya Keraton Boko dapat digempur dan diduduki Rakai Kayuwangi yang secara sengaja merusak prasasti yang memuat silsilah Rakai Walaing, dengan menghilangkan bagian yang memuat nama-nama ayah, kakek dan buyut Rakai Walaing.
Karakteristik Bangunan
Candi Ratu Boko adalah suatu bangunan yang menurut anggapan para ahli sejarah memiliki multi fungsi yang terdiri dari beberapa komponen, yakni benteng, keraton (istana) dan gua.
Istana Ratu Boko memiliki keunikan dibanding peninggalan sejarah lainnya. Jika bangunan lain umumnya berupa candi atau kuil, maka sesuai namanya, istana atau keraton ini menunjukkan ciri-ciri sebagai tempat tinggal. Hal itu terlihat dari adanya sisa bangunan di kompleks ini berupa tiang-tiang pemancang meski kini hanya tinggal batur-batur dari batu andesit, mengindikasikan bahwa dahulu terdapat bangunan yang berdiri di atasnya terbuat dari bahan kayu. Selain itu terdapat pula tanah ngarai yang luas dan subur di sebelah selatan untuk daerah pertanian dan di Bukit Boko terdapat kolam-kolam sebagai tandon penampung air yang berukuran kecil hingga besar.
Selain itu terdapat pula tanah ngarai yang luas dan subur di sebelah selatan untuk daerah pertanian dan di Bukit Boko terdapat kolam-kolam sebagai tandon penampung air yang berukuran kecil hingga besar. di Situs ratu boko ditemukan bukti tertua yang berangka tahun 792 Masehi berupa Prasasti Abhayagiriwihara. Prasasti itu menyebutkan seorang tokoh bernama Tejahpurnpane Panamkorono. Diperkirakan, dia adalah Rakai Panangkaran yang disebut-sebut di dalam Prasasti Kalasan tahun 779 Masehi, Prasasti Mantyasih 907 Masehi, dan Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi. Rakai Panangkaran lah yang membangun candi Borobudur, Candi Sewu, dan Candi Kalasan.
Berbeda dengan bangunan lain dari masa klasik Jawa Tengah, Situs Ratu Boko mempunyai karakter dan keistimewaan tersendiri. Tinggalan bangunan masa klasik Jawa Tengah pada umumnya berupa candi (bangunan suci/kuil), sedang peninggalan di Situs Ratu Boko menunjukkan tidak saja bangunan suci (candi), tetapi juga bangunan-bangunan lain yang bersifat profan. Sifat keprofanan tersebut ditunjukkan oleh adanya tinggalan yang dahulunya merupakan bangunan hunian dengan tiang dan atap yang dibuat dari bahan kayu , tetapi sekarang hanya tinggal bagian batur-baturnya saja yang terbuat dari bahan batu. Di samping bangunan-bangunan yang menunjukkan sifat sakral dan profan, di dalam Situs Ratu Boko ini juga ditemukan jenis-jenis bangunan lain, yaitu berupa kolam dan gua.
Berdasarkan letaknya, bangunan di kompleks Ratu Boko dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu kelompok barat, tenggara, dan timur. Bangunan tersebut terletak pada teras-teras yang dibuat pada punggung hingga puncak bukit, dengan halaman paling depan terletak di sebelah barat, terdiri atas tiga teras. Masing-masing teras dipisahkan oleh pagar batu andesit setinggi 3,50 meter, dan tebing teras diperkuat dengan susunan batu andesit. Batas halaman sebelah selatan juga berupa pagar dari batu andesit, namun batas utara merupakan dinding bukit yang dipahat langsung.
Bagian tenggara meliputi struktur lantai, gapura, batur pendopo, batur pringgitan, miniatur candi, tembok keliling, dua kompleks kolam, dan reruntuhan stupa. Kedua kompleks kolam dibatasi pagar dan memiliki gapura sebagai jalan masuk. Di dasar kolam, dipahatkan lingga yoni, langsung pada batuan induk (bedrock). Bangunan kelompok timur meliputi satu buah kolam dan dua buah gua yang disebut Gua Lanang dan Gua Wadon.
Hal yang menarik di Keraton Ratu Boko, selain peninggalan Budha juga ditemukan benda-benda arkeologis peninggalan Hindu seperti lingga, yoni, arca durga, dan ganesha. Meski didirikan oleh seorang Budha, Keraton Ratu Boko merupakan sebuah situs kombinasi antara Budha dan Hindu, ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk yang ada, yang biasanya terdapat pada candi Budha, selain itu terdapat pula tiga candi kecil sebagai elemen dari agama Hindu, dengan adanya Lingga dan Yoni, patung Dewi Durga, dan Ganesha, serta lempengan emas yang bertuliskan “Om Rudra ya namah swaha” sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama lain Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur Hindu itu membuktikan adanya toleransi umat beragama yang tercermin dalam karya arsitektural. Pada masa itu Rakai Panangkaran yang merupakan pengikut Budha hidup berdampingan dengan para pengikut Hindu.
Ditinjau dari tata letaknya, bangunan-bangunan di Situs Ratu Boko dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu: kelompok Gapura Utama, kelompok Paseban, kelompok Pendapa, kelompok Keputren, dan kelompok Gua. Bangunan-bangunan yang terdapat di Situs Kraton Ratu Boko, yaitu :
· Kelompok pertama
Bangunan kelompok pertama terdiri dari 3 pintu gerbang yang saling berdekatan, membujur dari utara ke selatan. Pintu gerbang yang di tengah adalah yang terbesar dan merupakan pintu gerbang utama masuk kraton yang diapit oleh dua pintu gerbang lainnya yang disebut gerbang pengapit.
· Kelompok kedua
Bangunan kelompok kedua terdiri dari 5 pintu gerbang, yaitu 4 gerbang pengapit dan satu gerbang utama yang terletak di tengah gerbang pengapit. Bangunan ini berfungsi sebagai alun-alun tempat upacara.
· Temuan Umpak (Batu berumpak) berfungsi sebagai tumpuan tiang. Terdiri dari 30 tumpuan.
· Candi batu Putih
Candi ini berukuran 5 x 5 meter persegi dan dibuat dari batu kapur. Candi ini terletak di timur laut sekitar 45 meter dari pintu gerbang utama. Candi ini belum diketahui fungsinya. Kemungkinan yang berkembang tempat ini dijadikan sebagai tempat tolak bala.
· Candi pembakaran
Candi pembakaran terletak di timur laut kira-kira 37 meter dari gerbang utama yang kedua. Candi ini berbentuk bujur sangkar (26 meter x 26 meter) dan memiliki 2 teras. Sesuai namanya Candi ini digunakan untuk upacara pembakaran jenazah.
· Sumur Amerta Mantana
Sumur tersebut bernama Amerta Mantana yang berarti air suci yang diberikan mantra. Umat Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung sehari sebelum Nyepi.
· Paseban (Pisowanan yang bersifat umum)
Ke arah Barat, menyusuri Desa Dawung di lereng bukit, terdapat bekas kompleks kraton yaitu Paseban dan Batur Pendopo. Halaman paling depan terletak di sebelah barat, terdiri atas tiga teras. Masing-masing teras dipisahkan oleh pagar batu andesit setinggi 3,50 meter, dan tebing teras diperkuat dengan susunan batu andesit. Batas halaman sebelah selatan juga berupa pagar dari batu andesit, namun batas utara merupakan dinding bukit yang dipahat langsung.
· Kedhaton yang merupakan singgasana raja.
· Pendhopo sebagai pertemuan khusus raja dengan para menteri dan hulubalang.
· Pringgitan yang berfungsi sebagai ruang istirahat.
· Candi Miniatur merupakan replika Candi Prambanan.
· Kolam (Istana Pemandian)
Kolam besar ini berukuran 20 meter x 50 meter. Kolam ini dipisahkan menjadi dua, yaitu tempat mandi perempuan dan tempat mandi laki-laki. Selain sebagai tempat pemandian, kolam ini juga berfungsi sebagai tempat menampung air hujan.
· Keputren merupakan tempat istirahat para putri.
· Goa Lanang dan Wadon
Dua buah gua ini terbentuk dari batuan sedimen yang disebut Breksi Pumis. Gua yang berada lebih atas dinamakan Gua Lanang sedangkan yang berada di bawah disebut Gua Wadon. Persis di muka Gua Lanang terdapat sebuah kolam dan tiga stupa. Berdasarkan sebuah penelitian, diketahui bahwa stupa itu merupakan Aksobya, salah satu Pantheon Budha.
Letak Geografis dan topografi
Keraton ratu boko terletak di dusun dawung, kelurahan bokoharjo, kecamatan prambanan, daerah istimewa Yogyakarta. Lokasi Keraton Ratu Boko dapat dicapai dari Yogyakarta melalui jalan raya Yogyakarta-Solo, kurang lebih pada Km 17 atau pertigaan Prambanan berbelok ke kanan sejauh 3 Km. Kompleks Situs Istana atau Keraton Ratu Boko berada di puncak bukit Boko dengan ketinggian sekitar 196 meter atau tepatnya 195,97 meter di atas permukaan laut menempati areal seluas 250.000 m2. Keraton Ratu Boko terletak di Bukit Boko, sekitar 19 kilometer ke arah timur dari kota Yogyakarta (menuju ke arah Wonosari), dari arah barat kota Solo sekitar 50 kilometer dan sekitar 3 kilometer dari Candi Prambanan ke arah selatan.
Kompleks Ratu Boko memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Karena lokasinya berada di dataran tinggi, maka dari sini terlihat pemandangan yang memukau. Di arah utara Candi Prambanan dan Candi Kalasan dengan latar belakang pemandangan Gunung Merapi dengan suasana pedesaan dengan sawah menghijau di sekelilingnya. Selain itu, arah selatan, bila cuaca cerah, di kejauhan samar-samar dapat terlihat Pantai Selatan.
Pemandangan senja saat matahari terbenam dari atas kawasan Bukit Boko sangat indah. Di arah utara Candi Prambanan dan Candi Kalasan dengan latar belakang pemandangan Gunung Merapi dengan suasana pedesaan dengan sawah menghijau di sekelilingnya.
Aspek Ekonomi-Sosial
Potensi keraton ratu boko bagi masyakarat salah satunya dalam aspek peluang dan usaha. dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke ratu boko, masyarakat mempunyai peluang untuk membuka usaha dalam bidang perniagaan seperti menjadi pedagang kaki lima, membuka toko di sekitar areal keratin ratu boko. Masyarakat bisa menjual souvenir, oleh oleh, makanan dan minuman kepada para wisatawan. Hotel-hotel yang berada di sekitar keratin ratu boko mendapatkan pemasukan dari banyak wisatawan yang menginap untuk berwisata di keraton ratu boko. Selain itu para penyedia jasa transportasi juga mendapatkan keuntungan dari obyek wisata tersebut. Agen-agen wisata, bus bus kota yang melewati obyek tersebut kebanjiran penumpang karena banyak wisatawan yang ingin berkunjung ke sana. Situs boko ini juga bermanfaat untuk kegiatan sekolah, seperti eksplorasi, kegiatan pramuka dan lain-lain.
B. KOMPLEKS CANDI PRAMBANAN
Candi Prambanan
Latar belakang sejarah
Candi Prambanan merupakan kelompok candi yang dibangun oleh raja-raja Dinasti Sanjaya pada abad IX. Ditemukannya tulisan nama Pikatan pada candi menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh Rakai Balitung berdasarkan prasasti berangka 856 M “Prasasti Siwargrarha” sebagai manifest politik untuk meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar.Prasasti Siwargrarha tahun 856 M yang dikeluarkan oleh Rakai Pikatan tidak diketahui asalnya, kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Prasasti ini mulai menarik perhatian setelah J.G. De Casparis berhasil menguraikan dan membahasnya. Menurut Casparis ada 3 hal penting dalam prasati tersebut, yaitu: Bahasanya merupakan contoh tertua prasasti yang berangka tahun yang ditulis dalam puisi Jawa kuna; Isinya memuat bahan-bahan atau peristiwa-peristiwa sejarah yang sangat penting dari pertengahan abas ke IX M. Didalamnya terdapat uraian yang rinci tentang suatu “gugusan candi”, sesuatu yang unik dalam epigrafi Jawa kuna.Dari uraian diatas yang menarik adalah peristiwa sejarah dan uraian tentang pembangunan gugusan candi. Peristiwa sejarah yang dimaksud adalah peperangan antara Balaputeradewa dari keluarga Sailendra melawan Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya. Balaputeradewa kalah dan melarikan diri ke Sumatera. Konsolidasi keluarga raja Rakai Pikatan itu kemudian menjadi permulaan dari masa baru yang perlu diresmikan dengan pembangunan suatu gugusan candi besar.
Gambaran tentang gugusan candi seperti yang disebut dalam prasasti Siwargrarha dapat dibandingkan dengan kompleks candi Prambanan, gugusan candi yang dibangun pusatnya dipagari tembok keliling dan dikelilingi oleh deretan candi perwara yang disusun bersap hanya terdapat pada candi Prambanan.Disebutkan pula candi Perwara sama dalam bentuk dan ukuran.
Hal lain yang menarik adalah 2 buah candi Apit, masing-masing didekat pintu masuk utara dan selatan.Keterangan mengenai gugusan candi yang terletak didekat sungai mengingatkan pada gugusan candi Prambanan dengan sungai Opak di sebelah baratnya dan jika dari jarak antara sungai Opak dan gugusan candi Prambanan dan adanya pembelokan aliran sungai kemungkinan pembelokan tersebut terjadi diantara desa Klurak dan Bogem. Dengan demikian, tampaknya uraian yang terdapat dalam prasasti Siwargrarha tentang gugusan candi tersebut lebih cocok dengan keadaan candi Prambanan.
Terjadinya perpindahan pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur berakibat tidak terawatnya candi-candi di daerah Prambanan, kondisi ini semakin parah dengan terjadinya gempa bumi dan beberapa kali meletusnya Gunung Merapi yang menjadikan candi Prambanan runtuh dan meninggalkan puing-puing batu yang berserakan. Candi Prambanan dikenal kembali saat seorang Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar.
Usaha pertama kali untuk menyelamatkan candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902 dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil disusun percobaan candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan pemugaran diselesaikan oleh bangsa Indonesia, tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar dan secara resmi dinyatakan selasai oleh Presiden Dr. Ir. Sukarno.
Pemugaran candi di wilayah Prambanan terus dilaksanakan, diantaranya yaitu pemugaran candi Brahma dan candi Wisnu. Pemugaran candi Brahma dimulai pada tahun 1977 dan telah selesai dan diresmikan oleh Prof Dr. Haryati Soebandio tanggal 23 Maret 1987. Candi wisnu mulai dipugar pada tahun 1982 selesai dan diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 27 April 1991. Kegiatan pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi yang berada di depan candi Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut.
Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan kekuatan 5,9 pada skala Richter menghantam daerah istimewa yogyakarta. Gempa ini menyebabkan kerusakan hebat terhadap banyak bangunan dan kematian pada penduduk di sana. Salah satu bangunan yang rusak parah adalah kompleks Candi Prambanan, khususnya Candi Brahma. Sampai sekarang candi tersebut masih dalam tahap pemugaran.
Karakteristik bangunan
Gugusan candi Prambanan yang berjumlah ratusan itu dikelilingi oleh tiga lapis pagar keliling, masing – masing berdenah bujur sangkar dengan empat buah pintu gerbang di setiap sisi.
Halaman Pusat
Halaman Pusat

Di depan ketiga candi tersebut ada tiga buah candi yang lebih kecil, dan biasanya disebut candi Wahana, dan dua buah candi berdiri dekat pintu gerbang sebelah utara dan selatan, kedua bangunan ini disebut candi Apit.
Di samping delapan candi besar tersebut , pada halaman pusat ini terdapat delapan candi kecil-kecil ukurannya, dan terletak di delapan penjuru mata angin, tidak jauh dari pagar keliling. Ke-8 candi ini biasanya disebut sebagai candi Kelir, namun dalam karangan ini disebut candi Mata Angin atau candi Astadikpalaka yang berarti Penjaga 8 mata angin.

Candi kecil berjumlah 8 di halaman pusat komplek Prambanan adalah tempat dewa – dewa Astadikpalaka, karena dalam kitab Vastusastra, dewa-dewa tersebut sangat penting kedudukannya pada setiap upacara keagamaan. Relief dewa-dewa Astadikpalaka ini pun dijumpai pada dinding tubuh candi Siwa. Halaman pusat ini ternyata lebih tinggi 4.20 meter dari halaman ke II, sehingga untuk ke halaman II harus melalui 9 buah anak tangga.
Halaman II
Halaman ke-II berukuran 220x220 meter, dan dari sisa-sisanya diketahui pada halaman II ini dahulunya terdapat 224 buah candi Perwara, semuanya menghadap keluar, maksudnya tidak menghadap ke halaman pusat. Telah ada beberapa candi Perwara yang bisa dipugar, namun kebanyakan sulit dikembalikan ke bentuk semula, karena batu-batunya telah banyak yang hilang.
Halaman III
Menarik perhatian adalah bentuk halaman III yang tidak simetris dengan halaman I dan ke II, apa sebabnya belum jelas. Ada kemungkinan halaman ke III sengaja di buat asimetris untuk menampung air sungai Opak dijadikan semacam kolam buatan. Dalam sebuah bangunan suci, peranan air (tirtha) sangat penting, air tersebut bisa berupa sungai, kolam. Dalam prasasti Siwagrha tahun 856 Masehi yang menguraikan tentang kompleks bangunan suci yang didirikan, mungkin kompleks Prambanan. Dalam prasasti tersebut ada kalimat berbunyi …lwah inalihaken…berarti “sungai dipindahkan”. Apa yang dimaksud aliran sungai Opak dipindahkan agar air sungai bisa ditampung untuk kolam ? Halaman III yang letaknya lebih rendah dari halaman II, dahulunya dipakai untuk mendirikan bangunan-bangunan profan tempat penginapan para pendeta dan mungkin pula untuk istirahat para peziarah . Luas halaman ke III ini adalah 390x390 meter.
Candi Siwa

Candi berdenah bujur sangkar berukuran 43,46 x 42,60 meter, tinggi 47 meter.
Candi mempunyai tiga bagian, yaitu kaki-tubuh-atap, yang diperkirakan masing-masing bagian tersebut adalah lambang dari bhurloka (dunia bawah)-bhuwarloka (dunia manusia)-swarloka (dunia atas). Mempunyai empat buah bilik, yaitu bilik utama atau bilik pusat (garbhagrha) dengan pintu menghadap ke timur, dan tiga buah bilik penampil pada sisi selatan, barat, utara. Di ruang pusat (garbhagrha) terdapat arca Siwa Mahadewa berdiri di atas yoni. Adapun ruang-ruang penampil diisi arca-arca Agastya (sebelah selatan), Ganesa (sebelah barat) dan Durga Mahisasuramardini yang dikenal sebagai Lara Jonggrang di bilik penampil sebelah utara. Masing-masing penampil ini mempunyai tangga untuk masuk ke bilik-bilik tersebut. Atap candi menjulang tinggi, terdiri dari 3 lapis yang dipenuhi dengan hiasan ratna atau amalaka tinggi dan puncak candi pun berbentuk amalaka tinggi.

Kalpataru dan relief Prambanan

Dari hampir 200 buah motif Prambanan, tidak ada dua motif yang secara detail mempunyai persamaan. Kalpataru adalah “pohon kehidupan” yang tumbuh di sorga dewa Indra. Pohon Kehidupan ini ada lima macam, selain kalpataru ada pohon parijata yang dipakai hiasan candi-candi masa Klasik Muda, terutama candi Kidal dari masa Singasari. Di bagian luar kaki candi Siwa terdapat 64 buah relief motif Prambanan. Sementara itu, di deretan panil di atas panil-panil berhiaskan motif Prambanan terdapat 70 buah panil menggambarkan tiga orang yang sedang menari. Relief ini adalah cuplikan dari kitab Natyasastra yang menggambarkan Siwa dalam tarian Tandawa. Gerakan-gerakan tari Tandawa ini sebenarnya menggambarkan lima tugas (pancakrtya) dewa Siwa sebagai dewa tertinggi, yaitu “penciptaan, perlindungan, penghancuran, menghilangkan kebodohan, memberi anugerah.
Selain ragam hias ornamental yang indah, di bagian dalam pagar langkan candi Siwa terdapat relief wiracarita Ramayana yang dipahat di 42 panil, mulai dari sisi timur. Cerita dimulai dari Wisnu menitis ke Rama, yang diakhiri oleh cerita Rama dan bala tentara kera membuat jembatan menuju ke Alengka (cerita Wayang Rama Tambak). Oleh karena cerita belum selesai, maka cerita Ramayana di lanjutkan di bagian dalam pagar langkan candi Brahma sebanyak 30 panil.
Candi Brahma
Luas dasarnya 20 m2 dan tingginya 37 meter. Di dalamnya berdiri arca Brahma berkepala 4 dan berlengan 4. salah satu tangannya memegang tasbih yang satunya memegang “kamandalu” tempat air. Keempat wajahnya menggambarkan keempat kitab suci weda dan menghadap keempat arah mata angina. Dasar kaki Candi juga dikelilingi oleh selasar yang dibatasi pagar langkan dimana pada dinding langkan sebelah dalam terpahat relief lanjutan cerita Ramayana dan relief serupa pada Candi Siwa hingga tamat.
Candi Wisnu
Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara Candi Siwa, hanya memiliki satu ruangan yang berisi arca Wisnu bertangan 4 yang memegang Gada, Cakra, dan Tiram. Pada dinding langkan sebelah kanan terpahat relief cerita Kresna sebagai “Avatara” atau penjelmaan Wisnu dan Balarama kakaknya.
Candi Nandi
Luas dasarnya 15 m dan tingginya 25 m. di dalamnya terbaring arca seekor lembu yang merupakan kendaraan Dewa Siwa. Di sudut belakangnya terdapat arca Dewa Candra dan Dewa Surya.
Candi Angsa
Luas dasarnya 13 m2 dan tingginya 22 m.
Candi Garuda
Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti ‘terbit’ atau ‘bersinar’, biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).
Candi Apit
Luas dasarnya 6 m2 dengan tinggi 16 m. ruangannya kosong. Mungkin candi ini digunakan untuk bersemedi sebelum memasuki candi induk.
Candi Kelir
Luas dasarnya 1,55 m2 dengan tinggi 4,10 m. fungsinya sebagai penolak bala.
Candi Sudut
Ukuran candi-candi ini sama dengan candi Kelir.
Letak geografi dan topografi
Candi Lara Jonggrang merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi ini terletak di pulau Jawa, kurang lebih 17 km timur Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km selatan Semarang. Candi Rara Jonggrang terletak di desa bokoharjo, kecamatan Prambanan . Komplek penrcandian ini masuk ke dalam dua wilayah yakni komplek bagian barat masuk wilayah kabupaten sleman (daerah istimewa Yogyakarta) dan bagian timur masuk wilayah kabipaten klaten (Jawa Tengah). Percandian prambanan berdiri di sebelah timur sungai opak
Aspek ekonomi sosial Candi Prambanan
Potensi candi prambanan bagi masyakarat salah satunya dalam aspek peluang dan usaha. Dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke obyek tersebut, masyarakat mempunyai peluang untuk membuka usaha dalam bidang perniagaan seperti menjadi pedagang kaki lima, membuka toko di sekitar area candi prambanan. Masyarakat bisa menjual souvenir, oleh oleh, makanan dan minuman kepada para wisatwan. Hotel-hotel yang berada di kota Yogyakarta mendapatkan pemasukan dari banyak wisatawan yang menginap untuk berwisata di candi prambanan. Selain itu para penyedia jasa transportasi juga mendapatkan keuntungan dari obyek wisata tersebut. Agen-agen wisata, bus-bus kota yang melewati obyek tersebut kebanjiran penumpang karena banyak wisatawan yang ingin berkunjung ke sana. Bus transjogja yang menuju ke candi prambanan selalu disesaki para wisatan yang ingin berkunjung ke candi prambanan
Diorama
Cakupan obyek
Diorama adalah museum yang berada di komplek candi prambanan. Museum ini sangat luas segingga bisa digunakan untuk menyimpan beragam benda benda purbakala yang berasal dari wilayah sekitar DIY dan jateng. Benda-benda purbakala yang ada di museum tersebut diantaranya
1. De wonoboyo woard
2. Peralatan yang terbuat dari emas
3. Prasasti siwa graha
4. Fosil kepala kerbau
5. Arca perwujudan
6. Patung brahma
7. Kirti muka
8. Mahuru
9. Patung nandi
10. Patung Simha
11. Patung singa
12. Kepala arca bodhi satwa
13. Meduliong gambar kera dan burung
14. Hamsa
15. Parwati
16. Kuero
17. Bodhisatwa (utuh)
18. Kaumari
19. Jambangan
20. Sinha naik gayatri
21. Simbar
22. Maha kala
23. Nandi svara
24. Garuda
25. Durga mahesa
26. Ganesha
27. Agastiyo
28. Genta
29. Chandra
30. Dewi
31. Jalawadra
32. Makara
33. Ramafatara
Azas manfaat keilmuan
Melalui peninnggalan-peninggalan sejarah kita dapat mengetahui kehidupan seseorang pada zaman dahulu. Contohnya : melalui peninggalan-peninggalan sejajarah candi prambanan yang terbuat dari emas, dapat disimpulkan bahwa kehidupan masyarakat zaman dahulu sangat makmur. Selain itu dilihat dari begitu banyak candi yang terdapat di kompleks candi prambanan dapat kita simpulkan bahwa dahulu kompleks candi prambanan pernah menjadi pusat persebaran agama hindhu.
Selain itu, Ruang diorama ini memiliki manfaat dalam bidang ilmu, yaitu pengunjung menyaksikan secara langsung dan dalam bentuk yang sebenarnya benda-benda purbakala. Selain itu, benda-benda yang dimuseumkan juga dapat menghibur pengunjung supaya tidak jenuh mendengarkan penjelasan dari pemandu.
Obyek audio visual
Deskripsi obyek
Audio Visual menjelaskan tentang sejarah pembuatan candi prambanan. Selain menjelaskan sejarah pembuatan candi prambanan, audio visual juga menjelaskan cerita-cerita yang terkandung dalam relief candi dan menjelaskan makna-makna benda yang terdapat di candi.
Tujuan
Tujuan Audio Visula adalah untuk menjelaskan cara pembuatan sejarah pembuatan candi prambanan dan memberikan penjelasan kepada pengunjung secara rinci melalui audio dan visual sehingga pengunjung dapat melihat dengan jelas serta memahami apa saja yang dideskripsikan di dalamnya.
Untuk mengajar setiap manusia agar hidup untuk selalu mendapatkan hak atas kebahagiaan. Kebahagiaan yang dimaksud adalah berbuat baik menolong orang lain dan dirinya sendiri.berbuat baik merupakan hidup menolak kemungkaran. Selain itu, kita harus dapat menemukan arti kebaikan yang tepat dan melaksanakannya dijalan yang tepat pula. Jika kita telah berhasil melakukannya kita akan mendapatkan arti kebahagiaan.
Azas manfaat keilmuan
Melalui tayangan film di audio visual, pengunjung candi prambanan dapat mengetahui dengan jelas tentang seluk beluk candi prambanan. Isi fil tersebut berisi tentang kondisi awal candi prambanan sejak ditemukan sampai sekarang, proses pemugaran candi dari awal ditemukan hingga sekarang. Beragam patung-patung hindu dan budha yang berada di dalam maupun di sekitar candi prambanan juga di jelaskan dalam tayangan film di audio visual. Bagian akhir dari tayangan film di audio visual menceritakan kisah Ramayana yang tergambar dalam relief-relief yang ada di candi prambanan.
Kesimpulan
Kunjungan eksplorasi ke Candi Prambanan dan Kraton Boko yang telah selesai dilaksanakan. Banyak hal yang didapat diambil dari kunjungan ini. Mengenai obyek wisata bersejarah yang sangat luar biasa di Yogyakarta. Dari obyek wisata tersebut kita dapat belajar mengenai bagaimana keadaan suatu tempat pada zaman dulu dan sejarah-sejarah tentang tempat tersebut. Ilmu tersebut berguna untuk menggali nilai nilai kehidupan zaman dahulu dan agar kita selalu mencintai budaya.
Saran
Kegiatan ini sudah bagus untuk mendidik siswa belajar ilmu pengetahuan. Namun dari kegiatan ini masih memiliki sedikit kekurangan. Diantaranya jadwal kegiatan yang sedikit molor. Perlu koordinasi antara sekolah dan tempat wisata agar waktu yang molor tidak terjadi lagi. Banyak candi di kawasan Candi Prambanan dan Keraton Ratu Boko yang masih dipugar. Seharusnya pemugaran candi Prambanan serta Kraton Ratu Boko segera diselesaikan. Banyaknya patung yang rusak, segarusnya kita Untuk perjalanan yang selanjutnya semoga lebih menarik lagi dan pihak sekolah dapat mengupayakan kunjungan eksplorasi ke sitis-situs sejarah yang belum orang kenal.
0 comments:
Posting Komentar